TANGERANGNEWS.CO.ID, Beirut | Presiden Lebanon, Joseph Aoun, menegaskan kembali permintaan tegas pemerintahnya agar pasukan Israel mundur dari wilayah selatan sesuai tenggat waktu yang ditetapkan dalam perjanjian gencatan senjata 27 November 2024. Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuan dengan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, di Beirut.
Guterres mengunjungi Lebanon dalam rangka “kunjungan solidaritas” sejak Kamis, 16 Januari. Presiden Aoun menyoroti pelanggaran darat dan udara yang dilakukan militer Israel, termasuk pengeboman rumah dan penghancuran desa-desa di sepanjang perbatasan. “Pelanggaran ini merongrong kedaulatan Lebanon dan tidak sejalan dengan upaya perdamaian internasional,” tegas Aoun.
Aoun, yang baru saja terpilih sebagai presiden setelah kekosongan jabatan selama lebih dari dua tahun, menekankan pentingnya menghentikan pelanggaran ini untuk menjaga stabilitas kawasan. Ia juga memuji dedikasi Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) yang terus menghadapi tantangan di lapangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Koordinasi antara UNIFIL dan Angkatan Bersenjata Lebanon dianggap krusial untuk memastikan keamanan regional. Sejak gencatan senjata diberlakukan pada 27 November 2024, konflik yang dimulai pada 8 Oktober 2023 antara Israel dan Hizbullah telah mereda, meski pelanggaran terus terjadi.
Data resmi Lebanon yang dikumpulkan oleh Anadolu mencatat 564 pelanggaran oleh Israel hingga 17 Januari, yang menyebabkan 37 orang tewas dan 45 lainnya luka-luka. Presiden Aoun menyerukan perhatian internasional untuk menegakkan perdamaian dan menghormati kedaulatan Lebanon.(wld)