TANGERANGNEWS.CO.ID | Dalam lembaran sejarah Nusantara, Kerajaan Majapahit dikenal sebagai salah satu kekuatan besar dengan kekuatan militer yang unggul, salah satunya adalah penggunaan meriam cetbang. Meriam ini, yang memiliki sejarah panjang dan menarik, diduga kuat berasal dari teknologi yang ditinggalkan oleh pasukan Mongol setelah serangan mereka yang gagal pada tahun 1293 Masehi.

Diyakini bahwa meriam cetbang adalah hasil modifikasi dari meriam pao yang digunakan oleh pasukan Kubilai Khan. Invasi yang dipimpin oleh Dinasti Yuan ini bertujuan untuk menghukum Raja Kertanegara dari Singasari yang menolak membayar upeti kepada Mongol. Namun, kejatuhan Singasari di tangan Jayakatwang dan kemudian serangan balik oleh Raden Wijaya dari Majapahit, mengubah jalannya sejarah.

Sejarawan lokal, Ayuhanafiq, menjelaskan, “Meriam cetbang adalah bukti adaptasi dan kemajuan teknologi yang dilakukan oleh empu Majapahit. Mereka tidak hanya mengambil alih meriam yang ditinggalkan, tetapi juga mengembangkannya menjadi senjata yang lebih efisien dan sesuai dengan kebutuhan mereka.” Meriam ini kemudian disempurnakan dengan teknik metalurgi yang canggih, memungkinkan peleburan logam hingga suhu lebih dari 1.500 derajat Celsius.

Meriam cetbang, yang terbuat dari perunggu atau besi, memiliki panjang berkisar dari 1 hingga 3 meter dan mampu menembakkan peluru besar serta proyektil kecil. “Inovasi Majapahit tidak berhenti di daratan, cetbang juga secara luas digunakan dalam armada laut mereka, menunjukkan versatilitas dan keunggulan teknologi maritim mereka,” tambah Yuhan, sejarawan lain yang mempelajari periode ini.

Penemuan ini tidak hanya menyoroti kecerdikan militer Majapahit, tapi juga mengungkapkan bagaimana kegagalan invasi Mongol memberikan keuntungan teknologis bagi Majapahit, memungkinkan mereka untuk berkembang menjadi salah satu kekuatan maritim terbesar di Asia Tenggara.(red)