TANGERANGNEWS.CO.ID – Politik itu sarat dengan kepentingan; ia menjadi lahan bagi individu dan kelompok yang memiliki kepentingan serta tujuan yang serupa. Akhir-akhir ini, kata “dinamis” telah menjadi sangat fungsional dan bermakna dalam dunia politik.
Sejatinya, makna “dinamis” dalam konteks organisasi berkaitan dengan pengambilan keputusan strategis, seperti keputusan Munas, surat keputusan, termasuk Surat Keputusan (SK) Pencalonan Kepala Daerah. Setiap surat keputusan selalu mencantumkan klausul “menimbang” dan “memperhatikan,” yang mencerminkan das sein (realitas) dan das sollen (norma, aturan).
Di sisi lain, ungkapan “tegak lurus” dalam bahasa politik sejatinya merujuk pada kepatuhan terhadap tata tertib, aturan, doktrin, dan etika, yang di dalamnya terkandung nilai-nilai komitmen, kejujuran, fair play, ketaqwaan, kepatuhan, serta kesiapan untuk menerima hukuman jika melanggar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kata-kata seperti “dinamis” dan “tegak lurus” harus dapat dimaknai dengan baik oleh seorang politikus yang ingin menjaga integritas dirinya. Namun, ketidaktahuan dapat menyebabkan kesalahan karena pemahaman yang dangkal terhadap politik sebagai seni dan ilmu pengetahuan, sehingga seseorang bisa dengan mudah mendapat cap negatif dalam narasi politik pribadinya.
Dalam dunia politik, ungkapan seperti “kutu loncat” meskipun merujuk pada binatang kecil, jika seorang politikus dijuluki demikian, bisa dipastikan ia tidak akan menyukainya, atau bisa juga dicap sebagai “serigala berbulu domba.”
Terdapat pula peribahasa umum, “Dalam hidup ini, kita harus tahu jalan pulang,” yang berarti apa pun status Anda ketika berangkat mencapai tujuan, janganlah bertindak berdasarkan dasar yang tercela atau memalukan.
Himbauan kepada para tokoh politik: Gunakanlah kata dan kalimat yang tepat serta benar agar masyarakat dalam berpartisipasi dalam pesta Pilkada 2024 menjadi lebih beradab, bukan semakin biadab dengan memanipulasi kata dan kalimat.
Penulis : Redaksi