TANGERANGNEWS.CO.IDLebak | Dukungan moral membanjiri media sosial untuk Kepala SMA Negeri 1 Cimarga, Dini Fitria, yang dicopot dari jabatannya usai insiden penamparan siswa yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah. Tagar #KamiBersamaBuDini menjadi trending di berbagai platform sejak Rabu (15/10/2025), memicu diskusi panas soal batas antara disiplin dan kekerasan di dunia pendidikan.

Di Facebook, ribuan komentar dan reaksi berbaris di bawah unggahan warganet yang menyuarakan empati dan dukungan bagi Bu Dini. “Bu Dini Fitria Bukan Penjahat. Beliau hanya seorang ibu yang sedang berjuang mendidik di tengah zaman yang gampang menyalahkan guru. Kita tak sedang membela kekerasan. Kita sedang membela niat tulus seorang pendidik yang ingin menyelamatkan generasi dari hancurnya akhlak,” tulis akun Kaharuddin Mansyur Karim, yang unggahannya kini sudah mendapat belasan ribu like dan share.

Netizen ramai-ramai mengunggah foto Bu Dini, mengubah foto profil dengan pita hitam, dan menuliskan kisah inspiratif tentang peran guru dalam membentuk karakter bangsa. Tak sedikit yang meminta pihak berwenang meninjau ulang keputusan pencopotan tersebut.

Namun, di sisi lain, suara protes juga terdengar. Ratusan siswa SMA Negeri 1 Cimarga melakukan aksi mogok sekolah, menuntut pemecatan Bu Dini. Sementara itu, orangtua siswa yang menjadi korban telah melaporkan kasus ini ke kepolisian, sehingga Dini Fitria kini menghadapi proses hukum.

Fenomena ini menyoroti betapa rumitnya tantangan dunia pendidikan saat ini. Apakah tindakan tegas seorang guru masih relevan di tengah tuntutan perlindungan anak? Atau justru, ketegasan itu diperlukan untuk menyelamatkan masa depan generasi muda?

Kasus Bu Dini bukan hanya soal satu tamparan, tetapi juga cermin dilema besar pendidikan Indonesia. Publik pun menanti, bagaimana akhir dari kisah Bu Dini—sosok guru yang menuai simpati sekaligus kontroversi.